Inti utama dari olahraga basket adalah bola basket itu sendiri.
Semua pemain dari kedua tim yang bertanding berlomba-lomba memperebutkan
satu bola yang sama untuk kemudian menjebloskannya ke dalam keranjang
basket milik lawan. Bola basket yang baik dan berstandar internasional
menjadi syarat utama
Dalam melakukan lemparan bebasnya dari jarak sekitar 4,5 meter, Michael Jordan sering membuat bola berputar dengan backspin (lihat gambar 1). Kata orang backspin dapat menjinakkan bola ketika menumbuk papan penyangga keranjang basket. Saking jinaknya, setelah memantul dari papan ini bola sepertinya kehilangan kecepatannya dan jatuh masuk dalam bola secara manis. Wah apakah ini kebetulan (lucky shot)? Kok bisa begitu... aneh sekali mengapa bola bisa jadi jinak. Apakah Jordan mempunyai alat kontrol remote yang dapat membuat bola jinak? Atau apakah Jordan mempunyai kekuatan supranatural?
Satu atraksi lain yang menakjubkan dalam permainan basket adalah ketika Kobe Bryant melakukan hang time. Pada gambar 6 tampak Kobe sepertinya terbang. Apakah benar-benar Kobe dapat terbang? Bagaimana ia mengalahkan gaya gravitasi yang menariknya untuk turun?
pertandingan basket dunia. Tetapi sebaik apa pun bola basket tersebut,
yang menjadi peranan utama adalah teknik permainan para atlet di
lapangan. Teknik permainan para atlet ini merupakan demonstrasi fisika
yang sangat atraktif dan penuh intensitas. Perkembangan olahraga bola
basket selama dua puluh tahun terakhir sangat dipengaruhi oleh
perkembangan fisika dalam hal pemantulan bola, lemparan-lemparan jitu,
dan lompatan pemain yang bagaikan terbang di udara.
Lemparan lay-up
Magic Johnson sangat terkenal dengan lemparan lay-up nya. Dalam
melakukan lemparan ini Magic mula-mula berlari sambil mendribble bola,
setelah melewati beberapa pemain lawan, dekat dengan keranjang basket,
ia melompat dan melepas (tanpa melontarkannya keras-keras) bola ke atas.
Bola melayang,
membentuk lintasan lengkung yang manis dan masuk dalam keranjang
dengan cantiknya. Banyak orang tercengang mengapa dengan hanya
melepasnya, bola dapat bergerak melengkung. Darimana bola mendapat
kecepatannya? Apakah ini suatu “magic” atau sihir?
Tentu saja bukan! Ini bukanlah sulap atau sihir. Ini adalah fisika. Pada
abad ke-19 Newton sudah mengatakan (hukum Newton) bahwa suatu benda
yang sedang bergerak akan cenderung terus bergerak. Bola yang dibawa
lari oleh Magic mempunyai kecepatan sama dengan kecepatan Magic. Ketika
dilepas, bola akan meneruskan gerakannya dengan kecepatan semula,
sehingga bola dapat meluncur manis ke dalam keranjang.
Lucky shot
Dalam melakukan lemparan bebasnya dari jarak sekitar 4,5 meter, Michael Jordan sering membuat bola berputar dengan backspin (lihat gambar 1). Kata orang backspin dapat menjinakkan bola ketika menumbuk papan penyangga keranjang basket. Saking jinaknya, setelah memantul dari papan ini bola sepertinya kehilangan kecepatannya dan jatuh masuk dalam bola secara manis. Wah apakah ini kebetulan (lucky shot)? Kok bisa begitu... aneh sekali mengapa bola bisa jadi jinak. Apakah Jordan mempunyai alat kontrol remote yang dapat membuat bola jinak? Atau apakah Jordan mempunyai kekuatan supranatural?
Tentu saja jawabnya juga tidak. Ini ada hubungannya dengan fisika
gesekan. Ketika bola yang berputar dengan backspin ini menumbuk papan
penyangga keranjang, maka timbulah gaya gesekan antara bola dan papan
itu. Gaya gesekan ini arahnya vertikal keatas berlawanan dengan arah
komponen vertikal dari
kecepatan bola. Gaya gesekan ini menghambat lajunya bola. Bukan itu saja
gaya gesekan juga mengurangi putaran bola (Gambar 2). Pengurangan
kecepatan (baik lajunya maupun kecepatan putarnya) ini berakibat bola
bergerak lambat dan menjadi jinak. Akibatnya bola dapat secara perlahan
jatuh dalam keranjang. Hal
ini tidak terjadi pada bola yang berputar dengan forward-spin. Pada bola
ini gesekan akan mempercepat gerakan bola sehingga bola terpantul
keras, liar dan tidak mau masuk keranjang (Gambar 3).
Raksasa O’Neal
Dalam permainan basket salah satu atraksi yang menarik adalah
bagaimana dengan si raksasa Shaquille O’Neal melabrak musuh-musuhnya dan
melompat melakukan slam dunk (Gambar 4). Menurut teori tumbukan, jika
dua benda bertumbukan maka benda yang ringan akan terlempar. Hal ini
menjelaskan
mengapa lawan-lawan O’Neal yang bertubuh relatif lebih kecil tidak
mampu menahan laju raksasa yang beratnya 152 kg ini, sehingga sang
raksasa berhasil menyarangkan bola dengan melakukan slam-dunk tanpa ada
yang mampu menghalanginya.
Dribble
Seorang pemain yang sedang melakukan dribble sebenarnya memanfaatkan
Hukum III Newton tentang gaya aksi-reaksi. Saat bola dilepaskan oleh
Eric Snow, gaya gravitasi bumi menariknya jatuh ke lantai. Ketika
bola bertumbukan dengan lantai, bola memberikan gaya pada lantai (gaya
aksi). Sebagai akibatnya lantai memberikan reaksi melawan gaya aksi ini.
Gaya yang diberikan lantai ini disebut gaya reaksi yang besarnya sama
dengan gaya aksi. Gaya reaksi inilah yang menyebabkan bola memantul lagi
ke atas. Namun karena sebagian energi bola terserap lantai maka bola
pantul tidak dapat mencapai ketinggian semula. Untuk mengkompensasi
energi yang yang terserap oleh lantai ini maka Eric Snow harus memberi
ekstra dorongan pada bola ke arah bawah (Gambar 5). Dorongan ekstra ini
akan diteruskan bola pada lantai. Karena
mendapat gaya dorong yang lebih besar maka lantai memberikan gaya reaksi
yang lebih besar pula yang menolak bola ke atas lebih keras.
Hang time
Satu atraksi lain yang menakjubkan dalam permainan basket adalah ketika Kobe Bryant melakukan hang time. Pada gambar 6 tampak Kobe sepertinya terbang. Apakah benar-benar Kobe dapat terbang? Bagaimana ia mengalahkan gaya gravitasi yang menariknya untuk turun?
Sebenarnya apa yang tampak pada gambar 6 adalah suatu illusi saja. Kobe
tampak seperti terbang tetapi ia sebenarnya tidak terbang. Pemain
seperti Jordan, Kobe, O’Neal dengan lompatan setinggi 1 meter hanya
mampu bertahan diudara selama 0.9 detik saja. Agar mereka tampak terbang
maka ketika melompat mereka harus melompat dengan kecepatan
setinggi-tingginya sambil berlari kemudian ketika turun mereka menekuk
lututnya sehingga mereka akan kelihatan jatuh lebih lama. Kecepatan lari
pemain basket akan menambah lama hang time nya itu.
Hang time dimanfaatkan oleh Kobe dan Jordan untuk mengecoh
lawan yang hendak memblok mereka dalam menyarangkan bola ke keranjang.
Pada gambar 7 dilukiskan pemain yang melompat melakukan hang time.
Gerakan pemain ini berusaha di blok oleh lawannya. Kebanyakan pemain
akan melepas bola ketika ia naik (A) atau di titik puncaknya (B).
Michael Jordan atau Kobe mampu melepas bola di A, B atau C. Lama waktu
untuk mencapai titik C sekitar 0.6 detik, sedangkan lamanya pemain lawan
melakukanhang time (tanpa berlari) menurut
Zumenchik adalah 0.5 detik. Jadi jika Kobe melepas tembakan di C maka
lawan tidak akan punya waktu untuk membloknya sehingga dengan mudah Kobe
menyarangkan bola ke keranjang. (Yohanes Surya)
Bagaimana? Asyik bukan melihat atraksi fisika dalam permainan basket?
DAFTAR PUSTAKA
Minggu, 11 Maret 2012
Apa benar mendayung terdapat teori fisikanya?
Olahraga dayung semula dikenal sebagai suatu cara transportasi dan penyelamatan diri selama masa peperangan di laut. Negara-negara seperti Yunani dan Viking dikenal dengan perahu-perahu dayungnya yang dikemudikan oleh banyak pedayung handal (mencapai 30 pedayung dalam 1 perahu). Kegiatan mendayung ini mulai dijadikan suatu bentuk olahraga di River Thames, Inggris. Sejak saat itu olahraga dayung menjadi olahraga paling populer di Inggris. Berbagai perkembangan dalam teknik mendayung ternyata didasari oleh berbagai konsep fisika yang diaplikasikan dalam olahraga ini.
Gambar 1 Perlombaan mendayung sebagai suatu bentuk olahraga
Faktor
utama yang paling mempengaruhi kecepatan perahu adalah daya dorong
perahu (propulsion). Mekanisme pergerakan perahu dalam air
mengikuti Hukum III Newton tentang aksi dan reaksi. Menurut hukum ini,
setiap gaya aksi selalu mendapatkan gaya reaksi yang besarnya sama
tetapi pada arah yang berlawanan. Dalam proses mendayung, pedayung
memindahkan sejumlah massa air ke belakang (gaya aksinya) sebagai
reaksinya air akan mendorong perahu maju. Untuk menggerakan perahu
dengan massa total (termasuk massa pedayung) 100 kg, dengan kecepatan 1
m/det, kecepatan dayung (kecepatan air yang
dilontarkan)
yang dibutuhkan 10 m/det jika massa air tersebut sebesar 10 kg. Atau
kecepatan dayungnya 5 m/det jika massa air tersebut 20 kg. Disini
kita mempunyai kebebasan menentukan kecepatan dayung kita untuk
mencapai kecepatan optimum.
Dalam menentukan kecepatan dayung
yang optimum konsep lain yang perlu diperhatikan adalah konsep energi
kinetic. Pada kasus 1, besarnya energi yang dibutuhkan adalah 550 Joule,
sedangkan energi yang dibutuhkan untuk kasus 2 adalah 300 Joule.
Besarnya energi kinetik yang terlibat pada kasus 1
hampir
dua kali lipat energi yang terlibat di kasus 2. Hal ini menunjukkan
bahwa teknik yang lebih efisien adalah dengan mendayung perlahan tetapi
jumlah massa air yang dipindahkan diperbesar. Ini merupakan dasar yang
menjadi alasan dipilihnya ukuran ujung dayung yang lebih besar (Hatchet
Blade) supaya dapat
memindahkan air dalam jumlah yang lebih banyak (Gambar 2).
Faktor
lain yang juga mempengaruhi kecepatan pergerakan perahu adalah hambatan
(resistance) akibat gaya tarik (drag) air. Ada tiga macam
hambatan drag, yaitu skin drag (karena gesekan antara air dengan
perahu), form drag (turbulensi), dan wave drag (hilang energi pada
pembentukan ombak). Dari ketiganya, hambatan yang terbesar dihasilkan
oleh skin drag. Besarnya hambatan ini sebanding dengan kuadrat kecepatan
perahu dan bergantung pada bentuk kerangka perahu. Untuk mendapatkan
kecepatan gerak yang konstan (tidak ada
percepatan) diperlukan gaya yang besarnya sama dengan besarnya hambatan tersebut.
Pada suatu pertandingan dayung,
kecepatan mendayung dapat bertambah maupun berkurang (semakin cepat atau
semakin lambat) selama pertandingan berlangsung. Analisa menggunakan
konsep fisika menunjukkan bahwa perubahan kecepatan sangat tidak efektif
dalam hal penggunaan energi. Ada persepsi yang menganggap bahwa untuk
dapat memenangkan pertandingan, kecepatan mendayung harus ditingkatkan
saat garis finish semakin dekat. Misalnya pada menit pertama kecepatan
mendayung adalah 4 m/det. Kecepatan ini kemudian ditingkatkan menjadi 6
m/det pada menit yang kedua. Selama dua menit tersebut jarak yang
ditempuh adalah 600 m. Total kerja yang dilakukan adalah 1680 Joule.
Jarak yang sama sebenarnya dapat pula ditempuh oleh perahu yang
sama tanpa perubahan kecepatan selama dua menit tersebut (misalnya
kecepatan konstan pada 5 m/s selama dua menit). Kerja yang harus
dilakukan pada sistem yang bergerak dengan kecepatan konstan ini adalah
15000 Joule. Ilustrasi ini menunjukkan bahwa penggunaan kecepatan yang
konstan sepanjang lintasan merupakan teknik yang lebih efektif karena
membutuhkan kerja (dan daya) yang lebih sedikit untuk menempuh jarak
yang sama. Pertambahan kecepatan di saatsaat akhir menjelang finish
hanya menghasilkan kelelahan yang lebih bagi para pedayung karena kerja
yang harus dilakukan lebih besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar